Sabtu, 07 September 2013

Dimabuk Rindu

Dulu aku bingung ketika dilanda rindu
Karena aku tak tahu merindukan apa dan siapa
Namun kini ketika aku sedang dimabuk rindu
Aku hanya berkutat bersama bantal lusuhku
Terkadang aku berbicara sendiri
Menganggap bantal itu adalah dia
Dia yang kurindukan
Kuluapkan segala yang ada di hatiku
Kekesalan, kemarahan, kecemburuan,
Namun, setelah itu
Aku hanya bisa menangis
Karena aku sadar tak ada dia di sini sekarang
Aku hanya berharap
Dia mengerti keadaanku
Yang terkadang seperti anak kecil ini
Merengek, merajuk, menyebalkan
Jika memang dia belum mengerti
Ataupun tidak mengerti jua
Aku hanya bisa mencoba menghibur diriku sendiri
Dengan menulis ini
Menulis puisi
Setidaknya aku tidak sendirian

7 September 2013

Menanti Pertemuan

Mungkin selalu ada jerit tangis dalam hati
Namun ku berkeyakinan dapat melewatinya
Asal ada engkau yang menemani
Melewati semua keluh kesah dalam tara

Aku pun mengakui
Aku tak sesempurna putri dalam animasimu
Terkadang aku merasa merana
Aku hanya butuh teman
Teman berbagi sisa hidupku
Sisa hidup kita
Ya, jika Tuhan mengizinkan

Mungkin terkadang aku menjengkelkanmu
Merengek sesuatu yang sering aku ulang
Aku merengek rindu
Rindu yang datang begitu menggebu
Tanpa arah
Tanpa navigasi
Aku hanya meminta pertemuan
Ya, bila kau mau dan ada kesempatan

Jika belum ada kesempatan itu
Aku hanya bisa menunggu dan menunggu
Sampai tiba waktunya
Kita bisa bercengkrama
Menghabiskan waktu bersama
Menatap cakrawala indah masa depan


7 September 2013

Bahwa Kau Begitu Berarti

Jika memang aku adalah darahmu
Biarkan aku mengalirkan kasih sayang ini dalam hatimu
Jika aku adalah jantungmu
Biarkan cintaku terus berdegup dalam hatimu
Jika aku adalah hidupmu
Biarkan aku terus mewarnai dan melengkapi hidupmu

Entah dari kapan aku mulai seperti ini
memikirkanmu
mengkhawatirkanmu
menyayangimu
mencintaimu

Aku pun tak tahu
Harus dengan cara apa ku memberitahumu
Bahwa kau begitu berarti